Disesalkan, Pengungkapan Keliru soal Sejarah Sub Suku Ambel Worem Raja Ampat

Sabtu, 07 September 2024 22:29 WITA

Card image

Yosafat Awom Marai. (Foto: Dok/Ris)

Males Baca?

RAJA AMPAT - Yosafat Awom Marai menanggapi pernyataan Yulianus Thebu, mantan anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Barat, yang dinilai tidak tepat dalam mengupas sejarah Sub Suku Ambel Worem di Distrik Wageo Utara, Kabupaten Raja Ampat. 

Awom menegaskan bahwa klaim yang disampaikan oleh Yulianus Thebu tidak mencerminkan kebenaran sejarah dan hanya memicu perpecahan di antara 13 gelet atau marga yang selama ini hidup damai di Tanah Kabare.

Menurut Yosafat Awom, Suku Biak dengan marga Awom adalah kelompok yang pertama kali menginjakkan kaki di Distrik Wageo Utara dan diterima oleh Gelet Aitem, salah satu marga dari Suku Maya Sub Suku Ambel Worem. Awom menegaskan bahwa dirinya memiliki keaslian sebagai Orang Asli Papua (OAP) karena ia lahir dari rahim seorang perempuan Suku Ambel Worem, Sarlota Marai.

Yosafat juga mengkritik Yulianus Thebu karena tidak mampu berbicara dalam bahasa Sub Suku Ambel Worem dan tidak memahami silsilah 13 gelet atau marga yang ada. "Saya sangat menyayangkan Yulianus Thebu yang justru memecah keharmonisan di antara 13 gelet atau marga Suku Ambel Worem yang selama ini hidup damai di Tanah Kabare," ujar Yosafat Awom, Sabtu (7/9/2024).

Selain itu, pemeriksaan lapangan yang dilakukan oleh MRP Papua Barat Daya di Kabare pada 4 September 2024 juga mendapat sorotan dari Samsudin Tamima Sanoi. Samsudin, yang merupakan saudara kandung dari Nafisa Tamima Sanoi, ibu dari Abdul Faris Umlati (AFU), turut menyesalkan tindakan tersebut.

"Kami memiliki dusun kelapa dan bisa berbicara dalam bahasa Suku Ambel Worem. Secara garis keturunan, kami adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Orang Asli Papua (OAP)," jelas Samsudin Tamima Sanoi. 

Ia juga menambahkan bahwa leluhurnya, Abdul Wahid Tamima, telah berada di Kabare sejak tahun 1825, satu setengah abad lalu, dan menikah dengan Loisye Sanoi, seorang mualaf yang dikenal dengan nama Hajija Sanoi.

Menurut Samsudin, keluarganya telah lama menjadi bagian integral dari masyarakat setempat, dan pernyataan yang disampaikan oleh pihak-pihak tertentu haruslah berdasarkan fakta sejarah yang akurat.

Reporter: Ris


Komentar

Berita Lainnya