Ini Kata Pakar Politik AS ketika Elon Musk Kuasai Twitter
Selasa, 28 Mei 2024 14:06 WITA
Pakar Politik Amerika, Jerry Massie, (Foto: Jr)
Males Baca?
JAKARTA - Pengusaha ternama asal Amerika, Elon Musk akhirnya dapat membeli Twitter. Ia berhasil mengakuisisi raksasa media sosial ini, meski awalnya sempat mengalami jalan buntu.
Pakar politik Amerika Jerry Massie mengatakan, akuisisi saham Twitter adalah kemenangan terbesar sayap kanan atau right wing (kelompok konservatif).
Namun juga barangkali menjadi neraka bagi kelompok sayap kiri, di antaranya kaum liberal radikal, sosialis sampai progresif.
"Sudah saya perkirakan salah satu big echnology terbesar selain Youtube, Meta (Facebook), Instagram yakni Twitter bakal lepas ke tangan miliarder industrialis Elon Musk," kata Jerry kepada media ini, Jumat (28/10/2022).
"Siapa kelompok sayap kanan, tak lain adalah kelompok konservatif Republik. Pada presidential election (pemilihan presiden) AS 2020, akun Donald Trump disuspended atau dibanned oleh pemilik Twitter kala itu," lanjutnya.
Baca juga:
Ditetapkan Tersangka KPK, Eks Kepala BPN Riau Terima Suap dari Petinggi PT Adimulia Agrolestari
Peneliti dari American Global University tersebut mengungkapkan, dirinya pun sempat berkomentar bisa saja akun Donald Trump di Twitter bakal diaktifkan lagi. Pasalnya Elon Musk dan Trump punya chemistry yang sudah terjalin lama.
Sehingga, Partai Demokrat tidak akan memiliki sarana untuk berbuat curang pada Pilpres 2024 mendatang, dan waktu dekat ini atau 8 November ada pemilihan mid term kongres, Senat sampai Gubernur.
"Dipastikan Partai Republik akan kembali merebut Senat dan Kongres. Bisa saja kemenangan di Senat 53-47 untuk Partai Republik merebut 230-240 kursi di kongres. Twitter akan memainkan peran yang besar, apalagi hampr 70 persen karyawan serta petinggi Twitter dicopot Elon Musk," beber Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) ini.
Dikatakan, ketika pemilik perusahaan mobil Tesla ini mengambil alih Twitter, Kamis malam dan segera memecat beberapa eksekutif puncak, hal itu mengirimkan gelombang kejutan ke seluruh platform media sosial.
{bbseparator}
Bahkan Elon sempat geram karena freedom fof speech atau kebebasan berpendapat kelompok konservatif di blokir Twitter.
Oleh karenanya dia memecat CEO Parag Agrawal, CFO Ned Segal dan kepala kebijakan hukum, kepercayaan, dan keamanan Vijaya Gadde.
Semuanya dipecat setelah Musk menuduh mereka menyesatkan dia dan investor atas jumlah akun palsu di platform, kata seorang sumber yang mengetahui masalah tersebut.
"Pemimpin Redaksi The Federalist Mollie Hemingway menggambarkan pemecatan sebagai "Awal yang sangat baik" untuk masa jabatan Musk dalam sebuah tweet," ujarnya.
Co-Host of Breaking Points Saagar Enjeti memposting emoji tangan melambai "bye" sambil me-retweet postingannya dari bulan April di mana dia menulis bahwa, "Vijaya Gadde, advokat sensor teratas di Twitter yang terkenal menyalakan dunia di podcast Joe Rogan dan menyensor cerita laptop Hunter Biden, sangat kecewa dengan pengambilalihan @elonmusk."
Pembelian Twitter oleh Elon Musk membuat banyak kelompok sayap kirim sangat kecewa dengan berita itu.
Penulis/editor Techdirt Mike Masnick berbagi pendapat berbeda tentang Gadde, dengan mengklaim, "Orang-orang tidak menyadari betapa @vijaya telah melakukan untuk kebebasan berbicara. Twitter kurang dari platform kebebasan berbicara tanpa dia."
Penulis Uproxx, Mike Redmond menulis, "Saya tidak berpikir ada di antara kita yang siap untuk seberapa cepat seluruh situs ini akan segera runtuh. Ini adalah keajaiban api belum keluar darinya."
"Dengan akuisisi Twitter, maka saya memprediksi kebebasan berpendapat di media sosial ini akan normal lagi," pungkasnya.
(Sevianto)
Komentar