Masyarakat Bintuni Mengeluh karena Harga BBM Mendadak Naik

Rabu, 29 Mei 2024 09:51 WITA

Card image

Pedagang bensin eceran di sepanjang jalan raya Bintuni, Terpadu, Kelurahan Bintuni Timur.

Males Baca?


MCWNEWS.COM, BINTUNI - Harga bahan bakar minyak atau yang biasa disebut bensin oleh warga masyarakat Bintuni membuat masyarakat mengeluh. Kenaikan harga BBM menjadi perbincangan di group WhatsApp.

Salah satu anggota dalam group bertanya kenapa harga bensin tiba-tiba naik menjadi Rp15 ribu.

"Kenapa naik jadi Rp15 ribu ni? Biasanya Rp12 ribu untuk pertalite, pertamax. Bahkan sekarang kisarannya Rp15 ribu sampai dengan Rp18 ribu per liter," ucapnya tanpa menyebut di mana lokasi tempat dia membeli, Jumat (10/6/2022).

Dikonfirmasi hal ini, Haji Rusdi sebagai pengawas SPBU CV.Sinar Bintuni mengatakan bahwa harga BBM di SPBU yang dia awasi masih normal.

Di mana pertalite Rp7.650/ltr, Pertamax Rp12.750/ltr, Bio solar Rp5.150/ltr, dan Dexlite Rp13.250. 

"Itu pengecer mungkin yang jual Pertamaxnya mahal," sebut Haji Rusdi. 

Informasi harga BBM naik ditanggapi oleh salah satu tokoh pemerhati di Bintuni, Frans Lusianak. Secara gamblang ia menjelaskan Subsidi BBM diperuntukan bagi masyarakat Bintuni berpenghasilan rendah hingga kategori ekonomi lemah.

{bbseparator}

"Namun pada kenyataannya, setiap hari sejak tengah malam mobil sudah antre untuk menunggu jam buka SPBU," tuturnya.

Menurutnya, SPBU menggunakan jam buka tutup yang tentunya mempersulit para penerima subsidi BBM masyarakat Bintuni untuk kebutuhan sehari-hari, sebab yang mau antre sejak malam hingga pagi bisa saja orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari penampungan dan penjualan BBM. 

Apabila diperhatikan, terlihat mobil yang sama setiap hari mengantre padahal jarak SP 3 ke Kompi kurang lebih 48 kilometer, yang mengisyaratkan bahwa tidak mungkin satu kendaraan sehari PP (pulang pergi) Kompi-SP 3 akan menghabiskan 30 atau 40 liter BBM. 

Ditambahkan, jika dinas teknis dalam hal ini Perindagkop bijak dan memiliki mata yang bisa mengawasi sepanjang Jalan dari SP 3 hingga Kompi, berjejer penjual-penjual eceran yang tidak sesuai RT-RW dan perundang-undangan.

Maka sebagai dinas yang bertanggung jawab harus mendeteksi masalahnya agar amanat Presiden Jokowi tentang BBM satu harga bs terjadi di Bintuni.

"BBM subsidi langka lalu ada beredar bebas di kaki lima dengan harga yang cukup tinggi. Dalam hal ini Dinas Peridakop tidak boleh diam," kata Fransiskus Lusiaanak.


Komentar

Berita Lainnya