Perkembangan Dunia Digital Diharapkan Mampu Mendukung Pelestarian Fashion di Bali

Senin, 27 Mei 2024 12:13 WITA

Card image

Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Koster saat menjadi Konferensi Digital Fashion, Sabtu (3/6/2023). (Foto: Ady/MCW)

Males Baca?

 

DENPASAR - Kemajuan bidang digital yang begitu cepat agar dimanfaatkan secara bijaksana untuk mendukung upaya pelestarian dan pengembangan dunia fashion di Provinsi Bali.

Khususnya yang berkaitan dengan keberadaan kain tenun tradisional seperti endek dan songket. Harapan itu muncul dari Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali Ny. Putri Koster.

"Yang paham digital, silahkan berkarya dengan kemampuan yang dimiliki. Tapi di dalamnya tetap harus mengakomodir keahlian konvensional seperti misalnya keterampilan melukis untuk membuat karya busana digital lebih menarik," ucapnya saat menjadi pembicara kunci pada kegiatan Konferensi Digital Fashion, Sabtu (3/6/2023).

Dirinya menyambut kreativitas penggiat dunia digital dalam menciptakan hal-hal baru, khususnya di dunia fashion. Namun demikian, ia menekankan pentingnya upaya kolaborasi digital dan konvensional. 

Lebih dari itu, perempuan yang dikenal getol dalam upaya pelestarian kain tenun tradisional ini berharap kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas produk tenun lokal. 

"Sehingga dengan demikian, upaya pelestarian akan berjalan dengan baik. Kalau masing-masing jalan sendiri, tatanan akan rusak," tuturnya dalam acara yang berlangsung di Ruang Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali ini.

Putri Koster memberi contoh sentuhan teknologi pada mesin bordir yang belakangan dinilai menjadi ancaman dalam upaya pelestarian kain songket karena motifnya dijiplak. 

Menurutnya, hal ini tak akan terjadi jika kemajuan dibarengi dengan kemunculan desainer di bidang bordir. 

"Contohnya Tasikmalaya, bordirnya berkembang sangat baik dengan motif yang dibuat khusus. Kenapa di Bali ndak bisa seperti itu," terangnya.

{bbseparator}

Ketua TP PKK Provinsi Bali ini kemudian mengajak kaum milenial turut berperan aktif dalam melestarikan apa yang sudah diwariskan oleh para leluhur. Ia ingin mengembalikan dunia fashion seperti masa jayanya di era 80an, dimana saat itu model Bali bisa menembus kancah internasional.

"Sejak tahun 90an, terjadi penurunan pada dunia fashion. Saya ingin desainer lokal bisa mempengaruhi trend busananya orang Bali, bahkan hingga internasional. Kalau terus pasif, kita hanya akan jadi generasi penikmat dan konsumen," urainya. 

"Oleh sebab itu, ia mengajak seluruh komponen untuk bangkit. Ia optimis kejayaan dunia fashion bisa kembali diraih karena masyarakat Bali dikenal tekun, ulet, pekerja keras dan undagi (pembangun, red)," tegasnya.

Sementara itu, Founder Maja Lab Andrian Zakhary menyampaikan terima kasih atas dukungan yang ditunjukkan Pemprov Bali terhadap pengembangan digital fashion. 

Menurutnya, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan dalam kolaborasi fashion digital dan konvensional. 

"Saya sependapat dengan Ibu Putri, kolaborasi fisik dan digital dalam dunia fashion itu sangat dibutuhkan. Kami menyebutnya dengan istilah digital atau physical digital," tuturnya. 

Dikatakan, kolaborasi itu bisa diwujudkan dalam bentuk kerjasama antara Digital Fashion Designer (DFD) dengan desainer konvensional. Mereka bisa bertukar pengetahuan dan informasi sesuai dengan keahlian yang dikuasai untuk menciptakan karya yang lebih menarik. 

Sebagai informasi, konferensi ini merupakan rangkaian dari perhelatan Bali Digital Festival II Tahun 2023 yang diselenggarakan Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Provinsi Bali.


Editor: Ady


Komentar

Berita Lainnya