Pilkada Beda dengan Pilpres, Calon PDIP Diprediksi Tetap Mendominasi

Kamis, 30 Mei 2024 20:24 WITA

Card image

Dr. Hendri Satrio, Founder Lembaga Survei KedaiKopi, saat wawancara dengan wartawan, di Hotel Truntum, Kuta, Kamis (30/5/2024). (Foto: JK/MCW)

Males Baca?

DENPASAR - Situasi politik di Bali menjelang Pilkada yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 menarik perhatian publik. Akankan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) linier dengan Pilkada mendatang?

Dr. Hendri Satrio, Founder Lembaga Survei KedaiKopi, menyoroti perbedaan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) di Bali. "Yang menarik di Bali, antara pemenang Pilpres dan Pileg berbeda. Pada Pilpres, Pak Prabowo menang, sedangkan pada Pileg, PDI Perjuangan yang unggul," ujar Hendri seusai menjadi narasumber dalam Workshop Liputan Pemilu/Pilkada di Provinsi Bali yang diselenggarakan oleh Dewan Pers di Denpasar pada Kamis (30/5) siang.

Lalu bagaimana dengan Pilkada? Melihat aturan yang berlaku, di mana partai politik (parpol) yang mencalonkan, Hendri memprediksi bahwa calon-calon dari PDI Perjuangan masih diunggulkan dalam Pilkada Bali karena perolehan suara yang besar baik di kabupaten/kota maupun provinsi. 

"Dari Pileg kemarin, calon dari PDI Perjuangan mendominasi. Setelah itu, calon dari Golkar dan Gerindra juga cukup dominan," tambahnya.

Ketika ditanya mengenai peran pusat terhadap Pilkada di Bali, Hendri menyampaikan bahwa pengaruh pusat tidak akan semudah di Pilpres. Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang juga Ketua Umum DPP Partai Gerindra tidak memiliki ganjalan. 

"Pak Jokowi tidak lagi berkuasa saat Pilkada dilakukan, dan PDI Perjuangan terlalu dominan. Dengan pergantian kekuasaan, saya memprediksi secara politik Ibu Mega dan Pak Jokowi tidak ada masalah. Hubungan mereka terlihat baik-baik saja, sehingga kecil kemungkinan adanya cawe-cawe dari pusat," jelas Hendri.

Lebih lanjut, Hendri juga menyebutkan bahwa dominasi parpol tertentu bisa memunculkan potensi kotak kosong dalam Pilkada Bali. "Kemungkinan kotak kosong terjadi karena dominasi parpol tertentu dan calon tertentu. Jika tidak ada kejutan, calon PDI Perjuangan akan mendominasi Pilkada Bali. Tidak semua melawan kotak kosong, tapi akan ada potensi melawan kotak kosong," ungkapnya.

Hendri juga menyoroti bahwa Koalisi Indonesia Maju (KIM) dalam Pileg tidak mampu menandingi dominasi PDIP. "Saya tidak yakin ada calon lain yang ingin berkompetisi melawan PDI Perjuangan, malah ingin berebut posisi nomor dua," tambahnya.

Yang menarik, menurut Hendri, adalah potensi calon independen, seperti terjadi di Kabupaten Karangasem dengan munculnya duet Wayan Kari Subali dan Ketut Ismaya sebagai bakal calon perseorangan. "Dalam sejarah, calon independen pernah menang, walaupun bukan di Bali," ujarnya.

Parpol diperkirakan mulai memunculkan calon-calon yang baik menjelang pendaftaran pada 22 Agustus 2024. "Perpolitikan nasional tidak bisa dianggap remeh. Mereka masih ingin berkonsolidasi dengan parpol lain sebelum memutuskan calon pasti," kata Hendri.

Hendri juga mengungkapkan bahwa pemenang seperti PDI Perjuangan tidak akan kehabisan calon, namun justru akan ada persaingan internal. "PDI Perjuangan lebih mudah dilihat yang mengatur adalah Bu Mega, dan kalau di Bali ada Mas Nanan,” ujarnya menyebut nama Prananda Prabowo, putra Megawati yang juga Kepala Pusat Analisis dan Pengendali Situasi PDI Perjuangan.

“Jadi, nama-nama itu yang menentukan siapa nomor 1 atau nomor 2. PDI Perjuangan sendiri relatif lebih stabil di politik internalnya daripada parpol lainnya," tutup Hendri Satrio.

Reporter: JK


Komentar

Berita Lainnya