Sambut HBA ke-63, Kejati Papua Barat Gelar Seminar
Rabu, 29 Mei 2024 07:56 WITA

Suasana Seminar dalam rangka menyambut Hari Bakti Adhyaksa (HBA) ke-63 tanggal 22 Juli 2023, Kamis (13/7/2023). (Foto: Penkum Kejati Pabar)
Males Baca?
Berawal dari semua itu dengan semangat besar untuk meningkatkan perekonomian negara serta mengoptimalkan kewenangan Kejaksaan dalam Tindak Pidana Korupsi.
Dia menjelaskan, Kejaksaan sebagai institusi terdepan dalam penegakan Hukum, pencegahan dan pemberantasan korupsi serta mengawal dan mendampingi pelaksanaan pembangunan nasional, senantiasa dituntut untuk melakukan berbagai pembenahan terus menerus dari hulu ke hilir.
Mulai dari pembenahan individual hingga yang bersifat holistik yang mengarah kepada pengembangan organisasi Kejaksaan.
"Bahwa korupsi tergolong sebagai kejahatan bersama (extra ordinary crime). Hal ini karena korupsi dilakukan secara sistematis,terorganisir,masif, yang berkaitan dengan kekuasaan dan merugikan keuangan negara," tuturnya.
Menurutnya, korupsi dibentuk dengan merekayasa peraturan-peraturan yang di kondisikan oleh oknum penyelenggara negara. Prosedur penanganan kasus korupsi di Kejaksaan biasanya berawal dari adanya laporan pengaduan oleh masyarakat.
Yang selanjutnya akan diadakan penyelidikan untuk memastikan apakah ada penyimpangan dalam suatu peristiwa yang dilaporkan, jika ditemukan perbuatan yang melawan hukum, laporan tersebut akan naik ke tahap penyidikan guna dilakukan pengumpulan bukti yang berujung pada penetapan tersangka.
Kemudian berkas akan diserahkan ke pengadilan untuk dilakukan persidangan dan tahap akhir yaitu eksekusi hukuman oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan perintah eksekusi.
"Prosedur penanganan kasus tipikor di Kejaksaan tidak jauh berbeda dengan Kepolisian dan KPK," jelasnya.
Pemberantasan korupsi di kejaksaan mengalami peningkatan jumlah kasus yang di tangani pada tahun 2022 dari 371 kasus pada tahun 2021 menjadi 405 kasus.
Dalam rangka penanganan tindak pidana korupsi, saat ini mulai diperhitungkan dampak pada perekonomian negara yang timbul, berbeda dengan sebelumnya yang hanya berfokus pada kerugian keuangan negara.
Sepanjang tahun 2022 Kejaksaan berhasil memecah rekor angka kerugian negara dan kerugian perekonomian negara mencapai Rp142 triliun dalam penanganan tindak pidana korupsi.
"Memang dalam pelaksanaan tugas ada beberapa hambatan dan kendala dalam penanganan korupsi, seperti adanya perlawanan pihak ketiga kepada kejaksaan dalam upaya penyitaan dan perampasan aset, sulitnya permohonan izin untuk melakukan penggeledahan dari pengadilan, hingga semakin inovatifnya tindakan korupsi saat ini," bebernya.
Selain itu tersangka dan terpidana korupsi pada umumnya tidak mengakui perbuatannya di pengadilan sehingga penanganan kasus terbilang sangat melelahkan dan memerlukan bantuan dari banyak ahli.
Oleh karena itu diperlukan adanya sinergi antara Kepolisian dan Kejaksaan untuk saling bertukar informasi terkait penanganan tipikor, yang terpenting bagi kami selaku penegak hukum dalam menangani tipikor adalah jangan sampai negara ini menangani korupsi dengan mengeluarkan biaya tetapi tidak mendapatkan pengembalian kerugian negara.
Editor: Sevianto
Berita Lainnya

Kasus Korupsi Proyek Aerosport Mimika, Kejati Papua Sita Rp300 Juta

Perjuangan DAMAI Berakhir di MK, Serukan Persatuan untuk Membangun Teluk Bintuni

JMSI Rayakan HUT ke-5 di Banjarmasin, Luncurkan Program Literasi ‘JMSI Goes To School’

KPK Ulik Peran PT Telkom di Kasus Digitalisasi SPBU Pertamina

Periksa Mantan Dirut Telkom Alex J Sinaga, KPK Dalami Dugaan Proyek Fiktif

Jaksa Hadirkan Dua Saksi di Sidang Hasto Kristiyanto Hari Ini

Geledah 7 Lokasi di Jatim, KPK Sita Barbuk Suap Dana Hibah

Pejabat Wilmar Group Jadi Tersangka Baru Suap Vonis Lepas Korupsi Ekspor Minyak

KPK Geledah Kantor KONI Jatim terkait Suap Dana Hibah

KPK Geledah Rumah Eks Ketua DPD La Nyalla di Jatim

KPK Jebloskan 2 Tersangka Korupsi PGN ke Penjara

Komentar