Catatan Egy Massadiah: Potret Kasad Baru, Maruli “Bapak Air” Simanjuntak
Senin, 27 Mei 2024 07:11 WITA
Egy Massadiah (kiri) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak (kanan)
Males Baca?Waktu itu, Doni sudah dalam kapasitas Dan Paspampres harus melakukan seleksi pamen (perwira menengah) untuk menempati posisi Komandan Grup A. Sejumlah kolonel ikut serta. Satu di antaranya Maruli.
Doni sendiri yang memimpin proses seleksi. Materi ujian tidak saja fisik atau kesamaptaan, tapi juga keterampilan bela diri, skor menembak, penguasaan alutsista, bahasa, sampai tes psikologi.
Dari sekian calon, nama Kolonel Maruli Simanjuntak selalu menempati urutan pertama. Lalu dipilihlah dia menjadi Komandan Grup A Paspampres. “Jadi, Maruli terpilih bukan karena beliau menantu Pak Luhut, tapi karena di semua ujian seleksi, skornya paling tinggi,” ungkap Doni Monardo kepada saya.
Sampai di sini, saya merasa dunia ini kecil sekali. Bayangkan, berteman dengan Maruli di satu sisi. Lalu bersahabat dengan Doni Monardo di sisi waktu yang berbeda. Nah, Doni dan Maruli melewati fase interaksi “komandan dan anak buah” pada satu kesatuan. Kemudian berinteraksi lagi dalam posisi yang berbeda.
Bapak Air
Mari kembali ke sosok Maruli sebagai Pangdam IX/Udayana. Kiprah Maruli tidak saja sigap dalam membantu program tanggap darurat hingga pasca bencana alam di NTT. Jauh sebelum musibah di NTT, nama Maruli sudah sangat dikenal hingga pelosok-pelosok Bali, NTB, dan NTT.
Ia dikenal sebagai “bapak air”. Mengapa? Karena bukan cuma satu-dua sumur ia bikin. Tak kurang 150 titik sumur sudah ia bangun di teritori binaannya yang terkenal sulit mendapatkan air bersih. Setidaknya ada 200 ribu penduduk yang sudah merasakan program "Bapak Air". Itu data yang saya catat per tahun 2021. Bisa jadi, jumlahnya lebih besar saat ia mengakhiri tugas.
Bahkan ada kelakar di tengah masyarakat, khususnya di wilayah NTT, bahwa “sapi dan kuda saling melirik jika melihat Maruli lewat. Sapi dan kuda pun tahu, jika Maruli datang, itu artinya air sudah dekat.”
Bersamaan dengan pembuatan sumur, Maruli juga menyentuh sektor ekonomi, khususnya peternakan dan pertanian. Adrenalin kepedulian alam, lingkungan Maruli terbilang serius. Ada suatu masa di tahun 2021, Doni dan Maruli, kedua pecinta pohon ini berkolaborasi menanam pohon flamboyan di sejumlah titik di kawasan wisata Labuanbajo NTT.
Kegiatan ini bahkan secara konsisten dilanjutkan ketika Maruli menjabat Pangkostrad. Dan bukan sebuah ramalan jika saya mengatakan, aktivitas membuat sumur, mengalirkan air, bagi masyarakat yang kesulitan akan semakin massif dalam kapasitas barunya sabagai Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
Ditraktir Bonek
Saya beri sub judul “Bina Bonek”, sebab kisah berikut ini memang merupakan penggalan kisah lain dari kiprah Maruli. Ini tentang jejak Maruli di bidang pertanian dan peternakan. Sebuah kisah yang saya dapat dari seseorang bernama Utomo alias Mas Bonek.
Ia adalah warga Krapyak Kulon, Panggung Harjo, Sewon, Bantul. Saking terkenalnya sebagai “Bonek”, jangan sekali-kali datang ke Krapyak mencari nama Utomo. Sebab, dijamin tak banyak orang tahu. Sebaliknya, sebut nama Bonek, semua orang tahu.
Komentar