Diwarisi Beragam Budaya, Ketua DPD RI Ajak Bangsa Indonesia Bersatu
Rabu, 29 Mei 2024 22:56 WITA
Ketua (DPD) RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti (tegah) saat membuka Focus Group Discussion Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa dengan tema “Tantangan Global, Ketahanan Budaya dan Pancasila”, di Kantor DPD RI Jalan Cok Agung Tresna Denpasar, Rabu (29/5/2024). (Foto: Dewa/MCW).
Males Baca?DENPASAR - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPD) RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyebut kebudayaan merupakan pondasi Karakter dan Jati Diri Bangsa Indonesia, yang harus diperjuangkan dan tidak boleh ditinggalkan.
Ia menyebut, pembangunan karakter dan jati diri bangsa mutlak harus diperjuangkan, melalui Ketahanan Kebudayaan, yang melandaskan kepada nilai-nilai luhur pancasila, yang merupakan Nilai paling sesuai dengan watak dasar bangsa yang hidup di Kepulauan Nusantara.
"Oleh karena itu, kita harus kembali menjadi bangsa yang kuat, bangsa yang tangguh, bangsa yang guyub dan bersatu. Bukan bangsa yang individualistik, maupun bangsa yang liberalis, serta bukan bangsa yang mendasarkan kepada ekonomi kapitalistik," ujarnya saat membuka Focus Group Discussion Kebudayaan Sebagai Jati Diri Bangsa dengan tema “Tantangan Global, Ketahanan Budaya dan Pancasila”, di Kantor DPD RI Jalan Cok Agung Tresna Denpasar, Rabu (29/5/2024).
Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan diwariskannya Bangsa Indonesia dengan budaya yang kental, sudah semestinya masyarakat bisa saling menjaga dan saling menghormati serta menjadi pribadi yang mengutamakan kerjasama.
"Karena individualisme, liberalisme dan kapitalisme hanya akan menimbulkan kesenjangan. Karena kesenjangan adalah lawan kata dari keadilan sosial, jika tanpa keadilan sosial, kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kuat," sambungnya.
Oleh karena itu, ia menyebut kerja Kebudayaan dalam arti luas masih harus diperjuangkan, sebagai bagian dari Ketahanan nasional.
"Sebagai bangsa, kita harus siap menghadapi tantangan sekaligus ancaman global akibat disrupsi yang terjadi di dunia, baik yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik global, maupun disrupsi teknologi dan disrupsi lingkungan, yang memaksa negara-negara di dunia melakukan re-positioning secara cepat sebagai mitigasi atas ancaman dan tantangan tersebut," punngkasnya.
Reporter: Dewa
Komentar