Ibadah KKR Kemanusiaan Victor Yeimo Digelar BPJ Pos PI Maranatha dan Aktivis KNPB
Rabu, 29 Mei 2024 10:21 WITA
Sesi foto bersama setelah Ibadah berlangsung di Gereja Maranatha Pos PI Bukit Senyum Kotaraja, Minggu (19/2/2023). (Foto: Edy/mcw)
Males Baca?
"Dengan demikian, perempuan jangan main kandungan, bila main kandungan, tidak ada penerus ke depan di bumi Papua adalah ingatan dari manusia Papua yang sedang mati dan korban terus-menerus di atas tanahnya sendiri. Sehingga kita sebagai pria dan wanita, pentingnya jaga kekudusan demi kebebasan di bumi dan untuk di surge," sambungnya.
Dalam kesempatan itu, Martinus Naka sebagai perwakilan Aktivis KNPB Egagowiyai mengatakan bahwa pejuang adalah hamba rakyat dan hamba adalah pejuang demi kebebasan umat manusia dari Sang penciptaNya.
"Pejuang adalah hamba rakyat dan hamba adalah pejuang demi kebebasan umat manusia dari penindasan dan penjajahan oleh manusia yang tidak punya rasa memilik manusia itu penting bagi manusia dan berharga di mata PenciptaNya. Perkataan untuk berjuang demi kebebasan, tidak hanya perkataan di mulut akan tetapi dengan bertindak adalah perjuangan yang sesungguhnya menurut harapan dan suara hati rakyat yang lemah diatas alam leluhurnya sendiri di Tanah Papua," kata Martinus.
Sementara Perwakilan BPJ Pos Pi Maranatha, Kelasis Kota Jayapura mengajak agar tidak boleh diam dan harus bicara atas penderitaan umat di bumi Papua yang dilakukan oleh kaum pemodal kapitalisme, militerisme, kolonialisme, imperialisme secara tidak manusiawi.
"Padahal manusia adalah berharga di hadapan Tuhan. Manusia bukan harus dihina, bukan juga didiskriminalisai oleh manusia itu sendiri, melainkan diselamatkan oleh manusia untuk manusia, karena manusia itu penting bagi manusia dan manusia berguna bagi Tuhan," tegasnya.
Hal yang berbeda disampaikan Perwakilan Rakyat Papua melawan Rasisme (PRPM), bahwa masalah Victor F. Yeimo bukan masalah Mee, bukan masalah Victor Yeimo sendiri, akan tetapi masalah orang asli Papua dan non-Papua secara umumnya yang bagian dari korban rasisme pada beberapa tahun yang lalu.
"Dong bilang orang Papua monyet dan itu menunjukkan bahwa, orang Papua harus mati di atas tanahnya sendiri. Maka itu, Gereja adalah pejuang kebenaran dan kebebasan. Gereja harus dan harus untuk menyuarakan kebenaran secara bertindak, tidak hanya berdoa. Berdoa dan bekerja adalah solusi kebebasan bagi umat yang tertindas. Karena rasisme itu bukan kepada hanya satu orang, tapi masalah orang asli Papua bahkan masalah internasional," ucapnya.
Reporter: Edy
Editor: Ady
Komentar