Muliarta: Waspadai Perang Narasi Mengarah Hoaks Dalam Pilkada
Minggu, 13 Oktober 2024 19:16 WITA
Koordinator Wilayah Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali, NTB dan NTT, I Nengah Muliarta.
Males Baca?GIANYAR - Akademisi Universitas Warmadewa yang juga Koordinator Wilayah Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Bali, NTB dan NTT, I Nengah Muliarta menyerukan kepada masyarakat Bali untuk mewaspadai perang narasi yang mengarah pada informasi bohong (hoaks) pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) tahun 2024.
Perang Narasi merujuk pada pertarungan untuk membentuk opini publik melalui penyebaran informasi, baik yang faktual maupun yang mengandung kebohongan. Dalam konteks Pilkada, narasi ini dapat sangat memengaruhi persepsi masyarakat tentang calon pemimpin, kebijakan, dan isu-isu penting lainnya.
Perang narasi yang mengarah pada penyebaran hoaks merupakan ancaman serius bagi Pilkada Bali. Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, tantangan ini semakin kompleks dan memerlukan perhatian dari semua lapisan masyarakat.
KPU, media, dan masyarakat harus bersinergi untuk menciptakan lingkungan informasi yang sehat dan mendukung proses demokrasi yang berkualitas.
Menurut Muliarta, penyebaran hoaks selama periode kampanye dapat berdampak signifikan pada kualitas pemilihan. "Hoaks tidak hanya mencoreng reputasi calon, tetapi juga dapat menciptakan kegaduhan dan polarisasi di masyarakat," kata Muliarta saat menjadi narasumber dalam acara sosialisasi kepemiluan yang dilaksanakan KPU Kabupaten Gianyar pada Minggu (13/10/2024).
Dalam konteks Bali, yang dikenal dengan keragaman budaya dan komunitasnya, isu ini menjadi semakin kompleks. Hoaks dapat memanfaatkan sentimen lokal dan identitas budaya untuk memecah belah masyarakat.
Dalam menghadapi Pilkada yang akan datang, penting bagi semua pihak untuk tidak hanya fokus pada kompetisi politik, tetapi juga pada bagaimana menjaga integritas proses pemilihan.
Hoaks bukan hanya masalah hukum atau etika, tetapi juga masalah yang menyentuh inti dari demokrasi itu sendiri. Dengan meningkatkan kesadaran, literasi media, dan partisipasi aktif, dapat bersama-sama melawan ancaman ini dan memastikan bahwa suara rakyat di Bali benar-benar didengar dan dihargai.
Muliarta menegaskan bahwa perang narasi dan hoaks dapat berdampak negatif pada berbagai aspek Pilkada. Hoaks dan narasi negatif dapat merusak citra dan kredibilitas calon, partai politik, dan penyelenggara pemilu. Informasi yang tidak benar dapat memicu perpecahan dan konflik antar pendukung calon, bahkan berujung pada kekerasan fisik.
Kekecewaan dan ketidakpercayaan terhadap proses pemilu akibat hoaks dapat menyebabkan apatisme dan penurunan partisipasi pemilih. Terakhir penyebaran hoaks dan narasi provokatif dapat memicu ketidakstabilan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Komentar