Pengusaha Pertambangan Berharap Iklim Investasi RI Stabil di Tahun Politik

Selasa, 28 Mei 2024 18:59 WITA

Card image

Wakil Bendahara Umum Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat, Muhammad Fajar Hasan, (Foto: Mul)

Males Baca?

"Portofolio investasi dalam negeri trennya terus naik, pertanda pemodal dan pebisnis percaya dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia makin cerah dan menjanjikan," ungkap mantan Ketua Majelis Permusyawaran Mahasiswa Universitas Halu Oleo ini.

Ketua Harian Jaringan Indonesia Korwil Sultra ini juga mengatakan, selain pertimbangan situasi politik dalam negeri, do juga harus bersiap menghadapi gelombang resesi global sebagai akibat dari ketidakpastian geopolitik global yang dipicu oleh perang Russia-Ukraina yang belum berkesudahan.

“Kita berharap dampak dari perlambatan ekonomi global tidak mempengaruhi iklim keberlanjutan investasi. Sekali lagi situasi ini merupakan ujian bagi teman-teman pengusaha. Tetapi kami percaya bahwa pemerintah kita telah melakukan langkah-langkah proteksi ekonomi dalam negeri agar tidak terkoreksi oleh resesi global dan pengusaha akan berdiri bersama pemerintah menjaga stabilitas ekonomi agar tidak terguncang oleh resesil," tuturnya.

Komisaris Utama PT Tetap Merah Putih ini menambahkan, dampak resesi tidak akan terasa di Indonesia khususnya pada sektor bisnis komoditas minerba. Pasalnya perdagangan komoditas minerba khususnya nikel dan batu bara tidak terkoneksi dengan epicentrum resesi yaitu Eropa dan Amerika.

“Untuk batu bara kita lebih banyak ekspor ke Cina, India, Jepang dan beberapa negara Asean. Sementara untuk komoditas nikel, 10 tahun terakhir ini kita berhenti ekspor karena pengelolaannya di dalam negeri melalui kebijakan hilirisasi," ucap Pengurus Pusat Asosiasi Penambang Nikel Indonesia ini.

Fajar Hasan lalu mengingatkan, guna mengantisipasi dampak resesi global, agar dunia usaha tetap fokus pada core business masing-masing dan agak hati-hati, kalkulatif ketika melakukan ekspansi bisnis. 

Sementara perlu menghindari proyeksi bisnis spekulatif dan high risk, karena di depan mata pertumbuhan ekonomi masing-masing negara di dunia terkoreksi yang secara otomatis akan mempengaruhi proyeksi investasi di negara mitra.

"Tetapi kita tidak perlu khawatir secara berlebihan karena fundamental ekonomi dalam negeri cukup kuat dan kinerja pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro dan mikro menggembirakan," tegasnya.

(Iwan)


Halaman :

Komentar

Berita Lainnya