Jalan Perbatasan ‘Sabuk Merah’ akan Pacu Ekonomi Kawasan Perbatasan NTT
Selasa, 01 Oktober 2024 21:38 WITA
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah merampungkan pembangunan Jalan Perbatasan ‘Sabuk Merah’ di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Males Baca?KUPANG – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berkomitmen mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan sebagai bagian dari program pembangunan nasional. Upaya ini dilakukan guna meningkatkan konektivitas dan memperkuat pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan.
Salah satu langkah konkret yang dilakukan adalah merampungkan pembangunan Jalan Perbatasan ‘Sabuk Merah’ di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang merupakan bagian dari penataan kawasan perbatasan dan pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu.
Juru Bicara Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, menyampaikan bahwa infrastruktur yang dibangun di kawasan perbatasan bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan pertahanan, tetapi juga untuk memacu pertumbuhan ekonomi lokal. "Kawasan perbatasan adalah beranda depan sekaligus wajah Indonesia. Sudah sepatutnya mendapatkan perhatian besar dengan memadukan dua fungsi tersebut secara komplementer," kata Endra, Selasa (1/10/2024).
Di Provinsi NTT, Kementerian PUPR melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT telah menyelesaikan pembangunan Jalan Perbatasan Sabuk Merah yang menghubungkan Indonesia dan Timor Leste. Jalan ini menjadi salah satu infrastruktur kunci untuk mendekatkan masyarakat dengan garis perbatasan serta memfasilitasi pengawasan dan pertumbuhan ekonomi antara kedua negara.
Fahrudin, Kepala Satuan Kerja (Satker) Pelaksana Jalan Nasional (PJN) Wilayah II Provinsi NTT, menjelaskan bahwa Jalan Perbatasan Sabuk Merah di NTT terdiri dari dua sektor, yaitu Sektor Timur sepanjang 180 km yang telah selesai dibangun dan Sektor Barat sepanjang 117 km yang juga telah selesai dikerjakan.
"Masih ada dua ruas jalan yang sedang dalam masa konstruksi, yaitu ruas Oenak – Saenam sepanjang 18 km dan Saenam – Nunpo (Haumeniana) sepanjang 13 km. Saat ini progres konstruksi mencapai 93% dan ditargetkan selesai pada akhir November 2024," ujar Fahrudin.
Pembangunan Jalan Sabuk Merah ini dimulai pada akhir tahun 2022 dengan anggaran Rp114 miliar, dan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh kontraktor PT Lince-Maju Jaya, Kerjasama Operasi (KSO).
Selain pembangunan jalan, BPJN NTT juga membangun sejumlah jembatan di sepanjang jalan ini, dengan total 42 jembatan di Sektor Timur dan 38 jembatan di Sektor Barat.
Perbatasan darat di NTT ini dikenal dengan nama Sabuk Merah karena memiliki sejarah tersendiri sejak Timor Leste memisahkan diri dari Indonesia, dengan garis perbatasan yang ditandai oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) menggunakan warna merah. Sehingga hingga saat ini wilayah tersebut dikenal dengan nama Sabuk Merah.
Masyarakat setempat juga merasakan dampak positif dari pembangunan jalan ini. Dixci Rafael, seorang warga pengguna Jalan Perbatasan Sabuk Merah, mengatakan bahwa infrastruktur baru ini sangat membantu dalam memperpendek waktu perjalanan. "Sebelumnya dari Kota Kefamenanu ke Napan bisa memakan waktu hingga 2,5 jam. Sekarang, dengan adanya PLBN dan jalan yang sudah bagus, hanya membutuhkan sekitar 20 menit. Masyarakat jadi lebih cepat dalam mengangkut hasil bumi ke kota dan menjualnya ke pasar," ungkap Dixci.
Pembangunan jalan perbatasan ini tidak hanya mempermudah akses masyarakat lokal, tetapi juga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan mobilitas barang dan jasa, sehingga kawasan perbatasan NTT dapat terus berkembang dan maju seiring dengan pembangunan infrastruktur yang memadai.
Editor: Lan
Komentar